Rabu, 02 Oktober 2019

Reformasi Belum Tuntas

21 tahun sudah kita melewati reformasi. Satu sejarah besar yang sudah dilewati bangsa ini. Segala upaya untuk menyuarakan tuntutan sudah k... thumbnail 1 summary

21 tahun sudah kita melewati reformasi. Satu sejarah besar yang sudah dilewati bangsa ini. Segala upaya untuk menyuarakan tuntutan sudah kelar diperjuangkan atas dasar nurani. Mahasiswa dan berbagai kalangan aktivis bersatu untuk menggulingkan tirani. Kini, apa kabar reformasi?

Semangat reformasi selain untuk menuntaskan korupsi, juga untuk membuka selebar-lebarnya tindak masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi. Mulanya semua berjalan sesuai semangat reformasi. KPK sebagai manifestasi meniadakan korupsi berhasil berdiri. Kebebasan pers seluas-luasnya kembali diberi. Dwi-fungsi ABRI berhasil dihapus dan tak eksis kembali. Namun kini, aroma Orba yang katanya sudah mati terasa hidup kembali.

Perlahan namun pasti, korupsi tak lagi jadi fokus untuk ditiadakan. Perlahan namun pasti, para koruptor melakukan perlawan dari balik cela-cela kekuasaan. Imbasnya, tindak pelaku korupsi coba untuk dilumrahkan. Kasus mega-korupsi nyaris tak dikumandakan. BLBI, Hambalang, E-KTP tak ada kabar bersamaan tertimbunnya nama Novel Baswedan. Kini yang mencengangkan, KPK coba untuk dilemahkan, hukuman koruptor diberi keringanan. Aneh dan membingungkan.

Para demonstran turun ke jalan untuk melawan. Menuntut segera dicabut pengesahan RUU dan KUHP yang penuh dengan pertentangan. Terlepas dari perdebatan panjang tentang hasil kerja DPR di akhir masa jabatan, ada yang lebih mengherankan demonstran: katanya kita yang sudah reformasi, bebas berapresiasi, malah mendapat tindak represif dari mereka yang mengaku mengamankan.

Pukulan brutal, Gas Air mata, bahkan hingga peluru tajam kembali digunakan untuk mengusir demonstran. Satu, dua, tiga, dan banyak korban berjatuhan. Nama-nama kembali memenuhi meja aktivis HAM dan kemanusiaan. Perangkat negera dan kementerian dikoordinir untuk melemahkan perlawanan. Persis 98.

Mahasiswa dan aktivis banyak yang terteror diculik tanpa dipulangkan. Merasa terancam tragedi penculikan di jalanan. Bahkan kini, mulai banyak nama yang dikabarkan hilang dan belum kembali menemui rekan-rekan. Persis 98.

Tengah malam, aktivis dan mereka yang kritis, dipenjarakan karena mengkritik Presiden dan jajaran, diciduk karena berlawanan dengan kekuasaan, dan ditangkap karena vokal membela demonstran. Persis 98.

Kerabat media dan para jurnalis didesak untuk bungkam dan tak memberitakan kebenaran ketika di lapangan. Mata kamera dipatahkan, kepala jadi sasaran hantaman, dan tak jarang UU-Pers tak lagi berguna sebagai keamanan. Persis 98.

Dan sekarang, apanya yang reformasi?
98 memang momentum pergerakan, tapi perjuangan tetap tak mengenal batas. Maka kembalilah ke jalan untuk melawan, melanjutkan yang belum meretas.
Karena reformasi kita belum tuntas.
Panjang umur perjuangan!


Tidak ada komentar

Posting Komentar

Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Lokasi :
Komentar :